Senin, 16 September 2013

Tugas produktivitas perairan


TINGKAT PERTUMBUHAN POPULASI PLANKTON

 DI AIR TAWAR

DI
SUSUN
OLEH :

NAMA : ROMI ANDRIAN
NIM : 09C10432053




FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH ACEH BARAT
2011




BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Plankton adalah jasad atau organisme yang hidup melayang dalam air, tidak bergerak atau bergerak sedikit dan selalu mengikuti pergerakan/ arus air. Plankton yang tergolong fitoplankton adalah jenis plankton yang umumnya beraktifitas pada pagi hingga siang hari. Hal ini dikarenakan fitoplankton merupakan jenis tumbuhan mikroskopis yang dapat berfotosintesis. Fitoplankton umumnya terdiri dari diatome dan dinoflagellata. (TAHRIN, 2009).
Untuk pertumbuhan, ikan memerlukan protein dalam jumlah yang besar. Agar kebutuhan tersebut dapat terpenuhi maka manusia berusaha untuk meningkatkan produksi bahan pangan. Bahan pangan yang menjadi sumber protein adalah bahan pangan yang berasal dari hewan, terutama yang berasal dari ikan. Agar kebutuhan ikan terpenuhi maka dapat dilakukan usaha budidaya perikanan.
Di Indonesia usaha budidaya ikan sampai saat ini sudah memperlihatkan suatu keberhasilan dalam meningkatkan produksi ikan, hal ini disebabkan tersedianya benih yang memadai baik kualitas maupun kuantitas yang merupakan salah satu syarat untuk keberhasilan usaha budidaya ikan.
Salah satu masalah yang sampai saat ini masih merupakan faktor penyebab utama dari kegagalan usaha budidaya perikanan adalah adanya keterbatasan benih. Benih biasanya tidak sesuai dengan periode penebaran dan pemanenan, selain itu jumlahnya tidak mencukupi dan harganya relatif mahal. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka perlu dibangun balai benih ikan agar dapat mensuplay benih ikan seperti yang diinginkan.
Kurangnya benih yang diperlukan untuk usaha budidaya dapat disebabkan tingginya kematian benih pada tingkat fase larva, terutama pada saat larva kehabisan kuning telur. Adapun salah satu usaha untuk mengatasi masalah tersebut adalah pemberian makanan alami.
Zooplankton merupakan salah satu makanan alami terbaik bagi anak ikan. Namun demikian tidak samua zooplankton bisa dijadikan makanan awal yang baik. Adapun makanan alami yang akan digunakan haruslah memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1) tidak mengandung racun, 2) mempunyai ukuran yang lebih kecil dari bukaan mulut ikan, 3) mempunyai nilai gizi yang tinggi dan dapat dicerna oleh ikan, 4)terapung dan bergerak lambat sehingga mudah diperoleh dan  5) harganya murah dan disenangi oleh ikan.
Makanan alami yang dijadikan makanan hidup bagi anak ikan yang diambil langsung dari perairan umum kurang baik diberikan secara langsung pada anak ikan. Hal ini disebabkan masih banyaknya jenis parasit yang ikut tertangkap. Untuk itu sebaiknya dilakukan kultur tanggal lebih dahulu, sehingga makanan alami yang dikehendaki dapat tepat dalam jumlah dan waktu.
Untuk mendapatkan benih yang baik dan bermutu tinggi setiap pembenihan sebaiknya mempelajari sifat dan tingkah laku ikan serta makanan alami yang digunakan untuk menjamin kelangsungan hidupnya. Untuk menumbuhkan makanan alami tersebut biasanya dilakukan dengan pemberian pupuk yang murah di dapatkan dan efesien. Salah satu pupuk yang bisa digunakan adalah pupuk kandang.
Yang dimaksud dengan pupuk kandang adalah kotoran yang berasal dari hewan ternak. Selain pupuk kandang dapat pula ditambahkan pupuk organik cair. Alasan menggunakan pupuk organik cair karena dapat membantu menjaga kualitas air agar selalu dalam kondisi baik selain itu mengandung minera-mineral, protein dan unsure hara yang dapat menambah nutrisi untuk perkembang biakan plankton



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.  Pengertian Plankton
Plankton adalah makhluk ( tumbuhan atau hewan ) yang hidupnya, mengambang, atau melayang di dalam air yang kemampuan renangnya terbatas sehingga mudah terbawa arus. Plankton berbeda dengan nekton yang berupa hewan yang memiliki kemampuan aktif berenang bebas, tidak tergantung pada arus air, contohnya : ikan, cumi-cumi, paus dll. Bentos adalah biota yang hidupnya melekat pada, menancap, merayap, atau membuat liang di dasar laut, contohnya : kerang, teripang, bintang laut, karang dll (wordpress, 2009).
Menurut Bornforthesea (2009), plankton adalah organisme yang hidupnya melayang atau mengambang di daerah pelagik. Namun demikian, ada juga plankton yang memiliki kemampuan renang cukup kuat sehingga dapat melakukan migrasi harian. Plankton adalah organisme atau makhluk hidup yang halus dan disebut pula sebagai jasad-jasad renik yang melayang di dalam air. Istilah plankton dari bahasa Yunani, yang artinya drifting, yaitu berarti plankton hanya dapat melayang di dalam kolam air, tidak bisa bergerak, dan hanya bergantung pada kecepatan arus (Adnan, 2003).

2.2.  Definisi Pitoplankton Dan zooplankton
Istilah plankton pertama kali digunakan oleh Victor Hensen pada tahun 1887, berasal dari bahasa Yunani yang artinya mengembara. Plankton adalah organisme renik yang melayang-layang dalam air atau mempunyai kemampuan renang yang sangat lemah, pergerakannya selalu dipengaruhi oleh gerakan masa air. Nybakken (1992) membagi plankton berdasarkan ukuran plankton dalam lima golongan yaitu : megaplankton ialah organisme planktonik yang berukuran lebih dari 2000 mm, makroplankton ialah organisme planktonik yang berukuran 200-2000 mm, sedangkan mikroplankton berukuran 20-200 mm. Ketiga golongan lainnya yaitu nanoplankton yang berukuran 2-20 mm, dan ultrananoplankton organisme yang memiliki ukuran kurang dari 2 mm. Plankton dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu fitoplankton yang terdiri dari tumbuhan renik bebas bergerak dan mampu berfotosintesis sedangkan zooplankton ialah hewan yang bersifat planktonik.
Dalam perairan fitoplankton merupakan produsen primer (produsen utama dan pertama) sehingga keberadaan fitoplankton dalam perairan mutlak adanya. Pendapat ini dikuatkan oleh Sachlan (1982) bahwa fitoplankton merupakan organisme berklorofil yang pertama ada di dunia dan merupakan sumber makanan bagi zooplankton sebagai konsumen primer, maupun organisme aquatik lainnya, sehingga populasi zooplankton maupun populasi konsumer dengan tingkat tropik yang lebih tinggi secara umum mengikuti dinamika populasi fitoplankton. Fitoplankton adalah tumbu-tumbuhan air yang mempunyai ukuran sangat kecil dan hidup melayang dalam air. Fitoplankton mempunyai peranan sangat penting dalam ekosistem perairan, sama pentingnya dengan peran tumbuh-tumbuhan hijau yang lebih tinggi tingkatannya di ekosistem daratan. Fitoplankton adalah produsen utama (Primary producer) zat-zat organik dalam ekosistem perairan. Seperti tumbuh-tumbuhan hijau yang lain, fitoplankton membuat ikatan-ikatan organik kompleks dari bahan organik sederhana melalui proses fotosintesa (Hutabarat dan Evans, 1986)
Fitoplankton menghuni hampir setiap ruang dalam massa air yang dapat dicapai oleh sinar matahari (zone eufotik), dan merupakan komponen flora yang paling besar peranannya sebagai produsen primer di suatu perairan (Nontji, 1984). Fitoplankton terdiri dari beberapa klas, dimana taksonomi fitoplankton telah mengalami berbagai revisi dan wakil nama klas fitoplankton yang berlaku seat ini, serta distribusinya masing-masing kelas.
Perkembangan fitoplankton sangat dipengaruhi oleh zooplankton Nybakken (1992) dengan mengemukakan teori grazing, yang menyatakan jika di suatu perairan terdapat populasi zooplankton yang tinggi maka populasi fitoplankton akan menurun karena dimangsa oleh zooplankton. Pertumbuhan fitoplankton adalah mengikuti laju pertumbuhan yang differensial, zooplankton mempunyai siklus reproduksi lebih lambat maka untuk mencapai populasi maksimum akan membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan fitoplankton. Steeman-Nielsen (1975) in Basmi (1988). Ada hubungan yang sangat erat antara fitoplankton dengan zooplankton, pada musim panas jumlah fitoplankton akan melebihi zooplankton sedangkan pada musim penghujan jumlah fitoplankton menurun akibat berkurangnya sinar matahari sehingga jumlah zooplankton melebihi fitoplankton.
Menurut Sachlan (1982), fitoplankton dikelompokan ke dalam 5 divisi yaitu:Cyanophyta, Crysophyta, Pyrrophyta, Chlorophyta dan Euglenophyta (hanya hidup di air tawar). Kecuali Euglenophyta semua kelompok fitoplankton ini dapat hidup di air tawar dan air laut. Menurut Nontji (1993), fitoplankton yang dapat tertangkap dengan planktonet standar (no. 25) adalah fitoplankton yang memiliki ukuran ≥ 20 μm. Fitoplankton yang bisa tertangkap dengan jaring umumnya tergolong dalam tiga kelompok utama yakni diatom, dinoflagellata dan alga biru (Cyanophyceae).

2.3.  Klasifikasi Fitoplankton
a).  Phylum Chlorophyta
Menurut HERAWATI (1989), ciri-ciri chlorophyta, antara lain :
Ø  Berwarna hijau karena proporsi pigmen pada chloroplas jauh lebih banyak.
Ø  Kebanyakan bersifat epiphytic sessik, comensalisme, atau simbiotik sebagian besar yang hidup di danau atau kolam bersifat sebagai plankton di laut, tidak ada yang bersifat pelagik.
Ø  Dinding sel sebagian dalam terdiri dari 2 lapisan utama.
Ø  Sering menyebabkan blooming perairan.
Ø  Hidup melayang pada atau dekat permukaan air.
Ø  Hidup secara koloni.
Ø  Jika mati menghasilkan bau busuk.
Menurut ALVYANTO (2009), Chlorophyta (ganggang hijau) adalah salah satu kelas dari ganggang yang sel-selnya bersifat eukariotik (materi inti dibungkus oleh membran inti). Pigmen klorofil terdapat dalam jumlah banyak sehingga ganggang ini berwarna hijau. Pigmen lain yang dimiliki adalah korotan dan Nantafil.

b).  Phylum Cyanophyta
“ Blooming “ blue green algae biasanya terjadi didanau atau kolam yang sadah, spesies ini muncul pada musim panas sampai awal penghujan spesies tertentu ditentukan juga pada kolam atau danau dengan kesadahan rendah. Tapi pada kondisi tersebut, mereka jarang sekali membentuk blooming. Adapun ciri-cirinya yaitu :
1.                  Ganggang hijau bersel satu
2.                  Ganggang hijau biru berkoloni
3.                  Ganggang hijau biru berfilamen
Menurut Herawati (1989), menyatakan bahwa ciri-ciri Cyanophyta adalah :
Ø  Mengandung warna disebabkan oleh klorofil dan kadang juga oleh pigmen sel serta reaksi warna oleh pseudaracuce.
Ø  Tidak mempunyai membran dan nucleolus
Ø  Reproduksi secara aseksual.
Ø  Sering menyebabkan blooming perairan.
Ø  Dinding sel terdiri dari lapisan utama, bagian dalam dan luar
Ø  Hidup melayang-layang dekat permukaan air
Ø  Hidup berkoloni
Ø  Jika mati menghasilkan bau busuk

c).  Phylum Chrysophyta
Menurut HERAWATI (1989), ciri-ciri Chrysophyta , yaitu :
Ø  Merupakan tanaman satu sel
Ø  Value mengandung silika
Ø  Reproduksi dengan sang pembelahan sel dan pembentukan spesies
Ø  Reproduksi seksual dengan pembentukan auxosphora
Chrysophyta / ganggang keasaman memiliki pigmen dominan hasoter berupa klorofil yang memberikan warna keasaman. Pigmen lainnya adalah yang uniseluler soliter (contohnya: ochromonas) ada juga yang berkoloni tidak bertogillum dan ada juga yang multiseluler (Herawati,1989).

d).  Phylum Rhodophyta
Menurut Herawati (1989), menyatakan bahwa ciri-ciri Rhodophyta, antara lain :
Ø  Hidup di laut
Ø  Tubuh bersel banyak
Ø  Mengandung pigmen pikoasilin
Ø  Bentuk tubuh seperti rumput laut
Dalam sebagian besar ganggang merah (rhodophyta) telur berupa phyta/filament bercabang. Namun beberapa species ada yang berbentuk lembaran seperti porphyta/berbentuk sel tunggal. Beberapa ganggang merah dapat mengapur misalnya Corallina spp. Plasmoyesmata tampaknya tidak ada. Tapi banyak ganggang merah multikelula memuat koneksi (THE-X,2010).

e).  Phylum Dinoflagelata
Phyrhophyta atau ganggang api disebut juga Dinoflagelata karena memiliki alat gerak berupa flagella. Ganggang ini termasuk dalam calon kingdom Alveolata dalam sistem klasifikasi tiga dominan. Ganggang ini umumnya bersifat autotrof, namun ada sebagian spesies yang bersifat heterotrof parasitic (Freaks,2010).
Menurut Sapri (2010), menyatakan bahwa Phyrhophyta berasal dari lautan (dominan) tetapi ada beberapa ratus spesies yang lain yang berada di air segar. Phyrhophyta memiliki variasi nutrisi yang besar dari autotropik ke bentuk heterotropik yang mana terdapat vertebrata parasit dan ikan atau alga phagocytiza yang lain.

2.4.  Klasifikasi Zooplankton
a).  Phylum Rotifera
Jumlah anggota filum ini sedikit, merupakan hewan yang berukuran mikroskopis. Rotifera adalah hewan bersel banyak(setiap species memiliki jumlah sel tertentu). Hewan ini seringkali menempel di objek yang ada dalam air,dengan mempergunakan “jari kaki”. Makanan rotifera berupa mikroorganisme yang ada dalam air. Disekitar mulut terdapat silia yang tersusun secara melingkar (MADICAL, 2010).
Timothymalau (2009), menyatakan bahwa rotifera termasuk metazoan yang paling kecil berukuran antara 40-2500mikron, rata-rata 200 mikron. Umumnya hidup bebas, solliter,koloni/sessile. Beberapa jenis merupakan endoparasit pada insang crustacea, telur siput, cacing tanah dan dalam ganggang jenis vaucheria dan volvox. Biasanya transparan , beberapa berwarna cerah seperti merah atau coklat disebabkan warna saluran pencernaan.

b). Phylum Arthropoda
Arthropoda (dalam bahasa latin artinya:ruas,buku, segmen, dan podos artinya:kaki) merupakan hewan yang memiliki ciri kaki beruas , berbuku atau bersegmen. Segmen tersebut juga berada pada tubuhnya. Tubuh arthropoda merupakan simetri bilateral dan tergolong tripoblastik selomata (GURU, 2008).
BLACK (2010), menyatakan bahwa ciri umum :kaki tampak seperti bersendi-sendi atau bersegmen –segmen; segmen biasanya bersatu menjadi 2/3 daerah yang jelas. Sebagian hewan itu tubuhnya dilindungi oleh kulit yang keras (zat kitin) yang berfungsi sebagai rangka luar anggota tubuh bersegmen berpasangan (asal penamaan arthropoda).

c). Phylum Copepoda
ZEVA (2010), menyatakan bahwa copepoda adalh grup crustacea kecil yang dapat ditemui dilaut dan hampir semua habitat air tawar dan mereka membentuk sumber tersebar protein di samudra. Copepoda termasuk zooplankton, dewasanya berukuran antara 1 dan 5 mm dan biasanya dimanfaatkan sebagai pakan larva ikan.
SUTOMO (2003) dalam Akuakultur (2008), copepoda laut jenis tirgropus brevicornis dapat hidup pada kisaran salinitas yang cukup luas yakni mulai dari 10-40 ppt, namun pada salinitas 10 ppt tidak didapatkan copepoda yang bertelur. Hasil penelitian lain menyatakan bahwa copepoda dapat dikultur dari air laut dengan salinitas 25 – 30 ppt.

2.5.  Pertumbuhan populasi plankton
Pertumbuhan populasi plankton dibatasi oleh faktor-faktor yang bergantung dan tidak bergantung pada kepadatan yang keutamaan relatifnya bervariasi sesuai dengan spesies dan keadaan. Faktor bergantung pada kepadatan akan semakin intensif ketika kepadatan populasi meningkat dan akhirnya dapat menstabilkan populasi didekat daya tampungnya. Beberapa factor yang bergantung kepadatan adalah kompetisi intra spesies untuk sumber daya yang terbatas, peningkatan pemangsaan, cekaman akibat kepadatan, atau penumpukan toksin dapat menyebabkan laju pertumbuhan populasi plankton menurun pada kepadatan populasi yang tinggi (Campbell,2000).
Faktor yang tidak bergantung pada kepadatan, seperti kejadian-kejadian karena iklim dan kebakaran, menuurunkan ukuran populasi perairan tawar dan pada fraksi tertentu. Populasi yang secara umum bersifat stabil kemungkinan mendekati suatu daya tampung yang ditentukan oleh batas-batas yang bergantung pada kepadatan, akan tetapi fluktuasi jangka pendeknya tidak bergantung kepadatan (Campbell,2000).
Kedua kekuatan utama yang mempengaruhi pertumbuhan populasi, yaitu angka kelahiran dan angka kematian, dapat diukur dan digunakan untuk memprediksi bagaimana ukuran populasi akan berubah menurut waktu. Terdapat dua model pertumbuhan yaitu model eksponensial dan model logistic (Campbell,2000).
Model eksponensial pertumbuhan populasi menjelaskan suatu populasi ideal dalam lingkungan yang tidak terbatas. Model ini memprediksi bahwa semakin besar suatu populasi akan semakin cepat populasi itu akan tumbuh (Campbell,2000).
Model logistic pertumbuhan populasi menyertakan konsep daya tampung. Pertumbuhan eksponensial tidak dapat dipertahankan tanpa batas dalam populasi apapun. Suatu model yang lebih nyata (realistis) membatasi pertumbuhan dengan menyertakan daya tampung (Campbell,2000).

2.6.  Faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton
a).  Suhu
Suhu yang optimal untuk budidaya plankton berkisar antara 20-24 % walaupun hal ini dapat bervariasi dengan dekomposisi media budidaya dan mikro alga toleran suhu 16-27 oC. Suhu dibawah 16 oC dapat menghambat pertumbuhan. Sedangkan suhu 36 oC adalah mematikan untuk beberapa jenis (Ekawati,2006).
Faktor-faktor yang mempengeruhi suhu antara lain musim, ketinggian permukaan laut (attitude), waktu dalam hari,sirkulasi udara, penutup awan dan aliran serta kedalaman bahan air. Pengaruh suhu juga didasarkan oleh organisme aquatic. Organisme aquatic mempunyai kisaran suhu tertentu (batas atas dan bawah) yang disukai bagi pertumbuhannya. Misalnya algae dari filum chlorophyta dan diatom akan tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 20 oC-30 oC (HASTUN dalam EFFENDI.2008).

b).  pH
Kisaran pH untuk budidaya algae antara 7-9  dalam kisaran yang optimal 8,2 - 8,7. Kegagalan dalam budidaya algae dapat disebabkan oleh kegagalan dalam mempertahankan pH media budidaya. Hal tersebut dapat diatasi dengan penggunaan aerasi (EKAWATI,2005).
Menurut CHALIK (1988), pH adalah suatu ukuran dari konsentrasi ion hidrogen dan menunjukkan suasana air tersebut, apakah bereaksi asam atau basa. Skala pH mempunyai deret 1-14, dan pH 7 adalah netral berarti air tidak bersidat asam atau basa. Bila materi pH dibawah 7 berarti asam dan bila diatas 7 berarti basa.
c).  Kecerahan
Banyaknya cahaya yang menembus permukaan laut dan memerangi. Lapisan permukaan laut setiap hari dan perubahan intensitas dengan bertambahnya kejelasan peran yang penting dalam menentukan pertumbuhan fitoplankton (Ramimintarto,2001).
Kecerahan atau kekeruhan air disebabkan oleh adanya partikel-partikel liat,lumpur, atau lainnya yang mengendap dan memisah nilai guna dasar perairan yang merupakan daerah pemijahannya dan habitat sebagai organism (Subarjanti,2005).

d).  DO
Apabila sudah terjadi derisiensi oksigen dan kandungan amoniak tinggi, maka seringkali menyebabkan kematian biota-biota hewani seperti zooplankton, benthos, maupun ikan yang hidup diperairan tersebut (SUBARDARI,2009).
Oksigen terarut (DO) merupakan parameter penting untuk mengukur pencemaran air. Walaupun oksigen(O2) sulit larut, tapi dibutuhkan banyak oleh semua jenis organism air. Tahap adanya oksigen tidak ada kehidupan tanaman dan binatang diperairan (SUTRISNO,2009).



BAB III
KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan tingkat pertubuhan populasi plankton dapat disimpulkan bahwa populasi dapat tumbuh berdasarkan dua model pertumbuhan yaitu eksponensial dan logisistik. Dari model pertumbuhan populasi yang dibuat menggambarkan model pertumbuhan eksponensial dimana ukuran populasi meningkat dengan cepat. Model ini memprediksi bahwa semakin besar suatu populasi akan semakin cepat populasi itu akan tumbuh
Fitoplankton adalah makanan yang terpenting dalam perikanan darat yang merupakan makanan primer. Suatu perairan dikatakan subur apabila di dalamnya banyak terdapat produsen primer yaitu fitoplankton baik kuantitas maupun kualitasnya.
Pertumbuhan populasi plankton dibatasi oleh faktor-faktor yang bergantung dan tidak bergantung pada kepadatan yang keutamaan relatifnya bervariasi sesuai dengan spesies dan keadaan. Faktor bergantung pada kepadatan akan semakin intensif ketika kepadatan populasi meningkat dan akhirnya dapat menstabilkan populasi didekat daya tampungnya.


DAFTAR PUSTAKA

Dahniar. 1997. Identifikasi Rotifer dari Genus Brachionus Pada Beberapa Kolam Ikan diKotamadya Pekanbaru. Skripsi. Fakultas Pertanian Jurusan BudidayaPerairan Universitas Islam Riau. 44 halaman.
Nurjanah. 1997. Pengaruh Pemberian Kotoran Puyuh Dengan Dosis yang Berbeda Terhadap Perkembangan Populasi Moina.sp. Skripsi. Fakultas Pertanian Jurusan Budidaya Perairan Universitas Islam Riau. 49 halaman. http://blog.ub.ac.id/agusnur/tag/uji-kualitas-air/
Ambar Prabowo. 2009. Optimasi Pengembangan Media untuk Pengembangan Media untuk Pertumbuhan Chlorella sp. pada Skala Laboratorium.Skripsi tidak diterbitkan. Bogor : Institut Pertanian Bogor.



LAMPIRAN

Daphinia

Nanophito plakton


Chlorella