Tugas produktivitas perairan
TINGKAT PERTUMBUHAN POPULASI PLANKTON
DI AIR TAWAR
DI
SUSUN
OLEH :
NAMA : ROMI ANDRIAN
NIM : 09C10432053
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH ACEH BARAT
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Plankton
adalah jasad atau organisme yang hidup melayang dalam air, tidak bergerak atau
bergerak sedikit dan selalu mengikuti pergerakan/ arus air. Plankton yang
tergolong fitoplankton adalah jenis plankton yang umumnya beraktifitas pada
pagi hingga siang hari. Hal ini dikarenakan fitoplankton merupakan jenis
tumbuhan mikroskopis yang dapat berfotosintesis. Fitoplankton umumnya terdiri
dari diatome dan dinoflagellata. (TAHRIN, 2009).
Untuk
pertumbuhan, ikan memerlukan protein dalam jumlah yang besar. Agar kebutuhan
tersebut dapat terpenuhi maka manusia berusaha untuk meningkatkan produksi
bahan pangan. Bahan pangan yang menjadi sumber protein adalah bahan pangan yang
berasal dari hewan, terutama yang berasal dari ikan. Agar kebutuhan ikan
terpenuhi maka dapat dilakukan usaha budidaya perikanan.
Di
Indonesia usaha budidaya ikan sampai saat ini sudah memperlihatkan suatu
keberhasilan dalam meningkatkan produksi ikan, hal ini disebabkan tersedianya
benih yang memadai baik kualitas maupun kuantitas yang merupakan salah satu
syarat untuk keberhasilan usaha budidaya ikan.
Salah
satu masalah yang sampai saat ini masih merupakan faktor penyebab utama dari
kegagalan usaha budidaya perikanan adalah adanya keterbatasan benih. Benih
biasanya tidak sesuai dengan periode penebaran dan pemanenan, selain itu
jumlahnya tidak mencukupi dan harganya relatif mahal. Untuk mengatasi masalah
tersebut, maka perlu dibangun balai benih ikan agar dapat mensuplay benih ikan
seperti yang diinginkan.
Kurangnya
benih yang diperlukan untuk usaha budidaya dapat disebabkan tingginya kematian
benih pada tingkat fase larva, terutama pada saat larva kehabisan kuning telur.
Adapun salah satu usaha untuk mengatasi masalah tersebut adalah pemberian
makanan alami.
Zooplankton
merupakan salah satu makanan alami terbaik bagi anak ikan. Namun demikian tidak
samua zooplankton bisa dijadikan makanan awal yang baik. Adapun makanan alami
yang akan digunakan haruslah memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1) tidak
mengandung racun, 2) mempunyai ukuran yang lebih kecil dari bukaan mulut ikan,
3) mempunyai nilai gizi yang tinggi dan dapat dicerna oleh ikan, 4)terapung dan
bergerak lambat sehingga mudah diperoleh dan 5) harganya murah dan
disenangi oleh ikan.
Makanan
alami yang dijadikan makanan hidup bagi anak ikan yang diambil langsung dari
perairan umum kurang baik diberikan secara langsung pada anak ikan. Hal ini
disebabkan masih banyaknya jenis parasit yang ikut tertangkap. Untuk itu
sebaiknya dilakukan kultur tanggal lebih dahulu, sehingga makanan alami yang dikehendaki
dapat tepat dalam jumlah dan waktu.
Untuk
mendapatkan benih yang baik dan bermutu tinggi setiap pembenihan sebaiknya
mempelajari sifat dan tingkah laku ikan serta makanan alami yang digunakan
untuk menjamin kelangsungan hidupnya. Untuk menumbuhkan makanan alami tersebut
biasanya dilakukan dengan pemberian pupuk yang murah di dapatkan dan efesien.
Salah satu pupuk yang bisa digunakan adalah pupuk kandang.
Yang
dimaksud dengan pupuk kandang adalah kotoran yang berasal dari hewan ternak. Selain
pupuk kandang dapat pula ditambahkan pupuk organik cair. Alasan menggunakan
pupuk organik cair karena dapat membantu menjaga kualitas air agar selalu dalam
kondisi baik selain itu mengandung minera-mineral, protein dan unsure hara yang
dapat menambah nutrisi untuk perkembang biakan
plankton
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian
Plankton
Plankton
adalah makhluk ( tumbuhan atau hewan ) yang hidupnya, mengambang, atau melayang
di dalam air yang kemampuan renangnya terbatas sehingga mudah terbawa arus.
Plankton berbeda dengan nekton yang berupa hewan yang memiliki kemampuan aktif
berenang bebas, tidak tergantung pada arus air, contohnya : ikan, cumi-cumi,
paus dll. Bentos adalah biota yang hidupnya melekat pada, menancap, merayap,
atau membuat liang di dasar laut, contohnya : kerang, teripang, bintang laut,
karang dll (wordpress, 2009).
Menurut Bornforthesea
(2009), plankton adalah organisme yang hidupnya melayang atau mengambang
di daerah pelagik. Namun demikian, ada juga plankton yang memiliki kemampuan
renang cukup kuat sehingga dapat melakukan migrasi harian. Plankton adalah
organisme atau makhluk hidup yang halus dan disebut pula sebagai jasad-jasad
renik yang melayang di dalam air. Istilah plankton dari bahasa Yunani, yang
artinya drifting, yaitu berarti plankton hanya dapat melayang di dalam kolam
air, tidak bisa bergerak, dan hanya bergantung pada kecepatan arus (Adnan,
2003).
2.2. Definisi Pitoplankton Dan zooplankton
Istilah
plankton pertama kali digunakan oleh Victor Hensen pada tahun 1887, berasal
dari bahasa Yunani yang artinya mengembara. Plankton adalah organisme renik yang
melayang-layang dalam air atau mempunyai kemampuan renang yang sangat lemah,
pergerakannya selalu dipengaruhi oleh gerakan masa air. Nybakken (1992) membagi
plankton berdasarkan ukuran plankton dalam lima golongan yaitu : megaplankton
ialah organisme planktonik yang berukuran lebih dari 2000 mm, makroplankton
ialah organisme planktonik yang berukuran 200-2000 mm, sedangkan mikroplankton
berukuran 20-200 mm. Ketiga golongan lainnya yaitu nanoplankton yang berukuran
2-20 mm, dan ultrananoplankton organisme yang memiliki ukuran kurang dari 2 mm.
Plankton dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu fitoplankton yang terdiri dari
tumbuhan renik bebas bergerak dan mampu berfotosintesis sedangkan zooplankton
ialah hewan yang bersifat planktonik.
Dalam
perairan fitoplankton merupakan produsen primer (produsen utama dan pertama)
sehingga keberadaan fitoplankton dalam perairan mutlak adanya. Pendapat ini
dikuatkan oleh Sachlan (1982) bahwa fitoplankton merupakan organisme
berklorofil yang pertama ada di dunia dan merupakan sumber makanan bagi
zooplankton sebagai konsumen primer, maupun organisme aquatik lainnya, sehingga
populasi zooplankton maupun populasi konsumer dengan tingkat tropik yang lebih
tinggi secara umum mengikuti dinamika populasi fitoplankton. Fitoplankton adalah
tumbu-tumbuhan air yang mempunyai ukuran sangat kecil dan hidup melayang dalam
air. Fitoplankton mempunyai peranan sangat penting dalam ekosistem perairan,
sama pentingnya dengan peran tumbuh-tumbuhan hijau yang lebih tinggi
tingkatannya di ekosistem daratan. Fitoplankton adalah produsen utama (Primary
producer) zat-zat organik dalam ekosistem perairan. Seperti tumbuh-tumbuhan
hijau yang lain, fitoplankton membuat ikatan-ikatan organik kompleks dari bahan
organik sederhana melalui proses fotosintesa (Hutabarat dan Evans, 1986)
Fitoplankton
menghuni hampir setiap ruang dalam massa air yang dapat dicapai oleh sinar
matahari (zone eufotik), dan merupakan komponen flora yang paling besar
peranannya sebagai produsen primer di suatu perairan (Nontji, 1984).
Fitoplankton terdiri dari beberapa klas, dimana taksonomi fitoplankton telah
mengalami berbagai revisi dan wakil nama klas fitoplankton yang berlaku seat
ini, serta distribusinya masing-masing kelas.
Perkembangan
fitoplankton sangat dipengaruhi oleh zooplankton Nybakken (1992) dengan
mengemukakan teori grazing, yang menyatakan jika di suatu
perairan terdapat populasi zooplankton yang tinggi maka populasi
fitoplankton akan menurun karena dimangsa oleh zooplankton.
Pertumbuhan fitoplankton adalah mengikuti laju pertumbuhan yang differensial,
zooplankton mempunyai siklus reproduksi lebih lambat maka untuk mencapai
populasi maksimum akan membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan
fitoplankton. Steeman-Nielsen (1975) in Basmi (1988). Ada
hubungan yang sangat erat antara fitoplankton dengan zooplankton, pada musim
panas jumlah fitoplankton akan melebihi zooplankton sedangkan pada musim
penghujan jumlah fitoplankton menurun akibat berkurangnya sinar matahari
sehingga jumlah zooplankton melebihi fitoplankton.
Menurut
Sachlan (1982), fitoplankton dikelompokan ke dalam 5 divisi yaitu:Cyanophyta,
Crysophyta, Pyrrophyta, Chlorophyta dan Euglenophyta (hanya
hidup di air tawar). Kecuali Euglenophyta semua kelompok
fitoplankton ini dapat hidup di air tawar dan air laut. Menurut Nontji (1993),
fitoplankton yang dapat tertangkap dengan planktonet standar (no. 25) adalah
fitoplankton yang memiliki ukuran ≥ 20 μm. Fitoplankton yang bisa tertangkap
dengan jaring umumnya tergolong dalam tiga kelompok utama yakni diatom,
dinoflagellata dan alga biru (Cyanophyceae).
2.3. Klasifikasi Fitoplankton
a). Phylum Chlorophyta
Menurut HERAWATI
(1989), ciri-ciri chlorophyta, antara lain :
Ø Berwarna hijau karena proporsi pigmen
pada chloroplas jauh lebih banyak.
Ø Kebanyakan bersifat epiphytic sessik,
comensalisme, atau simbiotik sebagian besar yang hidup di danau atau kolam
bersifat sebagai plankton di laut, tidak ada yang bersifat pelagik.
Ø Dinding sel sebagian dalam terdiri
dari 2 lapisan utama.
Ø Sering menyebabkan blooming perairan.
Ø Hidup melayang pada atau dekat
permukaan air.
Ø Hidup secara koloni.
Ø Jika mati menghasilkan bau busuk.
Menurut ALVYANTO
(2009), Chlorophyta (ganggang hijau) adalah salah satu kelas dari ganggang
yang sel-selnya bersifat eukariotik (materi inti dibungkus oleh membran inti).
Pigmen klorofil terdapat dalam jumlah banyak sehingga ganggang ini berwarna
hijau. Pigmen lain yang dimiliki adalah korotan dan Nantafil.
b).
Phylum Cyanophyta
“
Blooming “ blue green algae biasanya terjadi didanau atau kolam yang sadah,
spesies ini muncul pada musim panas sampai awal penghujan spesies tertentu
ditentukan juga pada kolam atau danau dengan kesadahan rendah. Tapi pada
kondisi tersebut, mereka jarang sekali membentuk blooming. Adapun ciri-cirinya
yaitu :
1. Ganggang hijau bersel satu
2. Ganggang hijau biru berkoloni
3. Ganggang hijau biru berfilamen
Menurut
Herawati (1989), menyatakan bahwa ciri-ciri Cyanophyta adalah :
Ø Mengandung warna disebabkan oleh
klorofil dan kadang juga oleh pigmen sel serta reaksi warna oleh pseudaracuce.
Ø Tidak mempunyai membran dan nucleolus
Ø Reproduksi secara aseksual.
Ø Sering menyebabkan blooming perairan.
Ø Dinding sel terdiri dari lapisan
utama, bagian dalam dan luar
Ø Hidup melayang-layang dekat permukaan
air
Ø Hidup berkoloni
Ø Jika mati menghasilkan bau busuk
c).
Phylum Chrysophyta
Menurut HERAWATI
(1989), ciri-ciri Chrysophyta , yaitu :
Ø Merupakan tanaman satu sel
Ø Value mengandung silika
Ø Reproduksi dengan sang pembelahan sel
dan pembentukan spesies
Ø Reproduksi seksual dengan pembentukan
auxosphora
Chrysophyta
/ ganggang keasaman memiliki pigmen dominan hasoter berupa klorofil yang
memberikan warna keasaman. Pigmen lainnya adalah yang uniseluler soliter
(contohnya: ochromonas) ada juga yang berkoloni tidak bertogillum dan ada juga
yang multiseluler (Herawati,1989).
d).
Phylum Rhodophyta
Menurut
Herawati (1989), menyatakan bahwa ciri-ciri Rhodophyta, antara lain :
Ø Hidup di laut
Ø Tubuh bersel banyak
Ø Mengandung pigmen pikoasilin
Ø Bentuk tubuh seperti rumput laut
Dalam
sebagian besar ganggang merah (rhodophyta) telur berupa phyta/filament
bercabang. Namun beberapa species ada yang berbentuk lembaran seperti
porphyta/berbentuk sel tunggal. Beberapa ganggang merah dapat mengapur misalnya
Corallina spp. Plasmoyesmata tampaknya tidak ada. Tapi banyak ganggang merah
multikelula memuat koneksi (THE-X,2010).
e).
Phylum Dinoflagelata
Phyrhophyta
atau ganggang api disebut juga Dinoflagelata karena memiliki alat gerak berupa
flagella. Ganggang ini termasuk dalam calon kingdom Alveolata dalam sistem
klasifikasi tiga dominan. Ganggang ini umumnya bersifat autotrof, namun ada
sebagian spesies yang bersifat heterotrof parasitic (Freaks,2010).
Menurut
Sapri (2010), menyatakan bahwa Phyrhophyta berasal dari lautan (dominan) tetapi
ada beberapa ratus spesies yang lain yang berada di air segar. Phyrhophyta
memiliki variasi nutrisi yang besar dari autotropik ke bentuk heterotropik yang
mana terdapat vertebrata parasit dan ikan atau alga phagocytiza yang lain.
2.4. Klasifikasi Zooplankton
a).
Phylum Rotifera
Jumlah
anggota filum ini sedikit, merupakan hewan yang berukuran mikroskopis. Rotifera
adalah hewan bersel banyak(setiap species memiliki jumlah sel tertentu). Hewan
ini seringkali menempel di objek yang ada dalam air,dengan mempergunakan “jari
kaki”. Makanan rotifera berupa mikroorganisme yang ada dalam air. Disekitar
mulut terdapat silia yang tersusun secara melingkar (MADICAL, 2010).
Timothymalau
(2009), menyatakan bahwa rotifera termasuk metazoan yang paling kecil
berukuran antara 40-2500mikron, rata-rata 200 mikron. Umumnya hidup bebas,
solliter,koloni/sessile. Beberapa jenis merupakan endoparasit pada insang
crustacea, telur siput, cacing tanah dan dalam ganggang jenis vaucheria dan
volvox. Biasanya transparan , beberapa berwarna cerah seperti merah atau coklat
disebabkan warna saluran pencernaan.
b).
Phylum Arthropoda
Arthropoda
(dalam bahasa latin artinya:ruas,buku, segmen, dan podos artinya:kaki)
merupakan hewan yang memiliki ciri kaki beruas , berbuku atau bersegmen. Segmen
tersebut juga berada pada tubuhnya. Tubuh arthropoda merupakan simetri
bilateral dan tergolong tripoblastik selomata (GURU, 2008).
BLACK
(2010), menyatakan bahwa ciri umum :kaki tampak seperti bersendi-sendi
atau bersegmen –segmen; segmen biasanya bersatu menjadi 2/3 daerah yang jelas.
Sebagian hewan itu tubuhnya dilindungi oleh kulit yang keras (zat kitin) yang
berfungsi sebagai rangka luar anggota tubuh bersegmen berpasangan (asal
penamaan arthropoda).
c).
Phylum Copepoda
ZEVA
(2010), menyatakan bahwa copepoda adalh grup crustacea kecil yang dapat
ditemui dilaut dan hampir semua habitat air tawar dan mereka membentuk sumber
tersebar protein di samudra. Copepoda termasuk zooplankton, dewasanya berukuran
antara 1 dan 5 mm dan biasanya dimanfaatkan sebagai pakan larva ikan.
SUTOMO (2003) dalam Akuakultur
(2008), copepoda laut jenis tirgropus brevicornis dapat hidup pada kisaran
salinitas yang cukup luas yakni mulai dari 10-40 ppt, namun pada salinitas 10
ppt tidak didapatkan copepoda yang bertelur. Hasil penelitian lain menyatakan
bahwa copepoda dapat dikultur dari air laut dengan salinitas 25 – 30 ppt.
2.5.
Pertumbuhan populasi plankton
Pertumbuhan populasi plankton dibatasi oleh faktor-faktor yang bergantung dan tidak bergantung pada kepadatan
yang keutamaan relatifnya bervariasi sesuai dengan spesies dan keadaan. Faktor
bergantung pada kepadatan akan semakin intensif ketika kepadatan populasi
meningkat dan akhirnya dapat menstabilkan populasi didekat daya tampungnya.
Beberapa factor yang bergantung kepadatan adalah kompetisi intra spesies untuk sumber daya yang
terbatas, peningkatan pemangsaan, cekaman akibat kepadatan, atau penumpukan
toksin dapat menyebabkan laju pertumbuhan populasi plankton menurun pada kepadatan populasi yang tinggi (Campbell,2000).
Faktor yang tidak bergantung pada kepadatan, seperti
kejadian-kejadian karena iklim dan kebakaran, menuurunkan ukuran populasi perairan tawar dan pada fraksi tertentu. Populasi yang secara umum bersifat stabil
kemungkinan mendekati suatu daya tampung yang ditentukan oleh batas-batas yang
bergantung pada kepadatan, akan tetapi fluktuasi jangka pendeknya tidak
bergantung kepadatan (Campbell,2000).
Kedua kekuatan utama yang mempengaruhi pertumbuhan
populasi, yaitu angka kelahiran dan angka kematian, dapat diukur dan digunakan
untuk memprediksi bagaimana ukuran populasi akan berubah menurut waktu.
Terdapat dua model pertumbuhan yaitu model eksponensial dan model logistic
(Campbell,2000).
Model eksponensial pertumbuhan populasi menjelaskan
suatu populasi ideal dalam lingkungan yang tidak terbatas. Model ini
memprediksi bahwa semakin besar suatu populasi akan semakin cepat populasi itu
akan tumbuh (Campbell,2000).
Model logistic pertumbuhan populasi menyertakan konsep
daya tampung. Pertumbuhan eksponensial tidak dapat dipertahankan tanpa batas
dalam populasi apapun. Suatu model yang lebih nyata (realistis) membatasi
pertumbuhan dengan menyertakan daya tampung (Campbell,2000).
2.6. Faktor
yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton
a). Suhu
Suhu
yang optimal untuk budidaya plankton berkisar antara 20-24 % walaupun hal ini
dapat bervariasi dengan dekomposisi media budidaya dan mikro alga toleran suhu
16-27 oC. Suhu dibawah 16 oC dapat menghambat
pertumbuhan. Sedangkan suhu 36 oC adalah mematikan untuk
beberapa jenis (Ekawati,2006).
Faktor-faktor
yang mempengeruhi suhu antara lain musim, ketinggian permukaan laut (attitude),
waktu dalam hari,sirkulasi udara, penutup awan dan aliran serta kedalaman bahan
air. Pengaruh suhu juga didasarkan oleh organisme aquatic. Organisme aquatic
mempunyai kisaran suhu tertentu (batas atas dan bawah) yang disukai bagi
pertumbuhannya. Misalnya algae dari filum chlorophyta dan diatom akan tumbuh
dengan baik pada kisaran suhu 20 oC-30 oC
(HASTUN dalam EFFENDI.2008).
b). pH
Kisaran
pH untuk budidaya algae antara 7-9 dalam kisaran yang optimal 8,2 - 8,7.
Kegagalan dalam budidaya algae dapat disebabkan oleh kegagalan dalam
mempertahankan pH media budidaya. Hal tersebut dapat diatasi dengan penggunaan aerasi (EKAWATI,2005).
Menurut CHALIK
(1988), pH adalah suatu ukuran dari konsentrasi ion hidrogen dan
menunjukkan suasana air tersebut, apakah bereaksi asam atau basa. Skala pH
mempunyai deret 1-14, dan pH 7 adalah netral berarti air tidak bersidat asam atau
basa. Bila materi pH dibawah 7 berarti asam dan bila diatas 7 berarti basa.
c). Kecerahan
Banyaknya
cahaya yang menembus permukaan laut dan memerangi. Lapisan permukaan laut
setiap hari dan perubahan intensitas dengan bertambahnya kejelasan peran yang
penting dalam menentukan pertumbuhan fitoplankton (Ramimintarto,2001).
Kecerahan
atau kekeruhan air disebabkan oleh adanya partikel-partikel liat,lumpur, atau
lainnya yang mengendap dan memisah nilai guna dasar perairan yang merupakan
daerah pemijahannya dan habitat sebagai organism (Subarjanti,2005).
d). DO
Apabila
sudah terjadi derisiensi oksigen dan kandungan amoniak tinggi, maka seringkali
menyebabkan kematian biota-biota hewani seperti zooplankton, benthos, maupun
ikan yang hidup diperairan tersebut (SUBARDARI,2009).
Oksigen
terarut (DO) merupakan parameter penting untuk mengukur pencemaran air.
Walaupun oksigen(O2) sulit larut, tapi dibutuhkan banyak oleh semua
jenis organism air. Tahap adanya oksigen tidak ada kehidupan tanaman dan
binatang diperairan (SUTRISNO,2009).
BAB III
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan tingkat
pertubuhan populasi plankton dapat disimpulkan bahwa populasi dapat tumbuh berdasarkan dua model pertumbuhan yaitu
eksponensial dan logisistik. Dari model pertumbuhan populasi yang dibuat
menggambarkan model pertumbuhan eksponensial dimana ukuran populasi meningkat
dengan cepat. Model ini memprediksi bahwa semakin besar suatu populasi akan semakin
cepat populasi itu akan tumbuh
Fitoplankton
adalah makanan yang terpenting dalam perikanan darat yang merupakan makanan
primer. Suatu perairan dikatakan subur apabila di dalamnya banyak terdapat
produsen primer yaitu fitoplankton baik kuantitas maupun kualitasnya.
Pertumbuhan populasi plankton dibatasi oleh faktor-faktor yang bergantung dan tidak bergantung pada
kepadatan yang keutamaan relatifnya bervariasi sesuai dengan spesies dan
keadaan. Faktor bergantung pada kepadatan akan semakin intensif ketika
kepadatan populasi meningkat dan akhirnya dapat menstabilkan populasi didekat
daya tampungnya.
DAFTAR PUSTAKA
Dahniar.
1997. Identifikasi Rotifer
dari Genus Brachionus Pada Beberapa Kolam Ikan diKotamadya Pekanbaru. Skripsi.
Fakultas Pertanian Jurusan BudidayaPerairan
Universitas Islam Riau. 44 halaman.
Nurjanah.
1997. Pengaruh Pemberian Kotoran Puyuh Dengan Dosis yang Berbeda Terhadap
Perkembangan Populasi Moina.sp. Skripsi. Fakultas Pertanian Jurusan Budidaya
Perairan Universitas Islam Riau. 49 halaman. http://blog.ub.ac.id/agusnur/tag/uji-kualitas-air/
Ambar
Prabowo. 2009. Optimasi Pengembangan Media untuk Pengembangan Media untuk
Pertumbuhan Chlorella sp. pada Skala Laboratorium.Skripsi tidak diterbitkan. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
Daphinia
Nanophito plakton
Chlorella